Yogyakarta adalah salah satu provinsi di Indonesia yang nyaman untuk ditinggali. Provinsi yang kecil ini menyimpan banyak potensi kekayaan wisata juga sumber daya manusia yang unggul. Maklum, di Yogyakarta banyak berdiri universitas yang bagus untuk standar nasional. Sebut saja Universitas Gajah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan sebagainya. Maka tak heran jika provinsi ini menjadi salah satu tujuan utama menempuh jalur pendidikan dan mendapatkan julukan sebagai kota pelajar.

Adanya modernisasi di Yogyakarta menyebabkan berbagai sarana dan prasarana juga berkembang. Jika dulu jumlah mall yang besar bisa dihitung dengan jari, saat ini berdiri banyak pusat perbelanjaan di Yogyakarta. Termasuk juga adanya hotel dan tempat hiburan malam. Nah, fokus pada artikel kami kali ini adalah membahas soal pengaruh tempat hiburan malam pada citra Yogyakarta. Meskipun kami hanyalah rental mobil yang ada di Jogja, namun inilah bukti kecintaan kami akan tempat tinggal kami. Silahkan scroll kebawah untuk mengetahui lebih lanjut.

Efek Negatif Pada Citra Kota Pelajar

Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini Jogja masih menjadi kota pelajar di Indonesia. Banyak berdiri universitas baik negeri maupun swasta disini. Dengan adanya banyak diskotek atau tempat hiburan malam di Jogja, maka akan membuat khawatir para orang tua yang menyekolahkan anaknya di Jogja. Jangan-jangan nanti terlibat dalam pergaulan di dunia malam Jogja. Mengingat mahasiswa dan mahasiswi merupakan target market yang empuk untuk tempat hiburan malam. Bahasa lebay kami adalah, bisa jadi Jogja bukan lagi kota pelajar, namun menjadi kota diskotek.

Pengaruh Tempat Hiburan Malam Bagi Citra Yogyakarta sumber ig mita_oci

Suasana titik nol Jogja, sumber ig @mita_oci

Preseden Buruk Terhadap Kota Budaya

Dari halaman wikipedia dapat kita ketahui bahwa “budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia”. Memang ragam jenis budaya yang mempengaruhi Jogja beraneka ragam. Namun jika kita merunut kembali kebudayaan Jawa yang adiluhung, setahu kami tidak ada acara dugem disertai minum miras yang sering terjadi di diskotek.

Tidak Lagi Berhati Nyaman

Salah satu tagline Jogja beberapa tahun lalu adalah Jogja berhati nyaman. Kita tahu saat orang mulai minum minuman beralkohol sehingga mabuk sebagaimana yang sering terjadi di tempat hiburan malam, orang akan hilang kendali. Saat mabuk, ada banyak hal negatif yang bisa jadi terjadi, seperti perkelahian, pergaulan bebas dan hilang kendali saat mengemudi kendaraan. Itulah yang menurut kami bisa mengurangi tingkat kenyamanan saat berada di Jogja.

Itulah 3 hal yang bisa kami utarakan tentang pengaruh maraknya diskotek di Jogja dan kaitannya dengan citra Yogyakarta itu sendiri. Kami masih yakin hal tersebut bisa berubah dikemudian hari dengan adanya edukasi yang baik ke masyarakat. Apalagi kultur Islam di Jogja cukup kuat dengan riwayat sejarah Mataram Islamnya. Jangan putus asa, yuk perbaiki Jogja agar berhati nyaman kembali tanpa tempat hiburan malam. Matur nuwun.

Note :

Fenomena maraknya tempat hiburan malam sekarang terjadi di banyak tempat yang obyek wisatanya maju. Cobalah tengok saat Anda berwisata di Lombok, wisata di Bali atau yang lainnya. Dunia malam seakan akrab dengan tempat wisata, namun jika kita muslim, tidak lantas membiarkan hal tersebut berjalan apa adanya, perlu proses edukasi pada masyarakat agar mau berubah.